Ojek online adalah sebuah platform yang telah mengalami
rekayasa sosial (social engineering) pada transportasi umum, di mana
kita (konsumen) dihubungkan dengan pelaku (tukang ojek) dengan bantuan
kepintaran smartphone dan GPS melalui sebuah aplikasi berbasis android. Bisa
dibilang juga Ojek online adalah e-commerce (perdagangan jasa elektronik).
Seiring berkembangnya zaman, menurut Bell (1973), masyarakat pascaindustri
ditandai dengan perubahan dari industri manufaktur menjadi industri jasa yang
terpusat pada teknologi informasi. Hal ini memberi suatu peran kunci kepada
produksi dan perencanaan pengetahuan. Berdasarkan pandangan ini, perubahan
teknologi adalah kekuatan pendorong perubahan sosial ketika pertukaran
informasi dan produksi kultural mengganti industri berat di pusat gerak
ekonomi.
Ojek online merupakan representatif dari perkembangan
teknologi saat ini, dengan kemajuan teknologi setiap orang merasa termanjakan.
Sebagai hasil dari teknologi gojek sendiri awalnya dirancang untuk memudahkan
konsumen (pengguna jasa transportasi) dimana di kota-kota besar seperti jakarta
dan sekitarnya, transportasi merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan. Ojek
online hadir sendiri memberi solusi dari berbagai macam kemacetan. Ini
merupakan sesuatu yang menarik melihat fenomena saat ini di Indonesia pengguna
SmartPhone yang menjadi pengguna terbanyak ke-5 di dunia, analis eMarketer
Monica Peart mengungkapkan bahwa “maraknya kehadiran smartPhone dengan harga
murah dan juga layanan internet broadband yang meningkat di negara berkembang,
seperti India dan Indonesia, akan meningkatkan jumlah pengguna internet aktif
secara berkala”. Dengan demikian, setiap orang dapat mengakses internet dan
menjalankan aplikasi yang dapat digunakan untuk mengakses jasa transportasi
ojek online.
Ojek online yang kehadirannya dewasa ini menjadi tranding
topic di beberapa daerah, telah menunjukkan eksistensinya. Ini tidak luput dari
berbagai masalah yang dihadapi oleh para pengemudi Ojek online yang menuai
berbagai masalah mulai dari gaptek di dalam mengoperasikan aplikasi sampai
dengan ancaman teror dari sesama tukang ojek (dalam hal ini oknum tukang ojek
konvensional). Dan hal ini merupakan representatif dari apa yang pernah
diungkapkan oleh kritikus Gorz (1982) yang memberi ucapan ‘selamat tinggal’
kepada setiap kelas pekerja manual, dalam hal ini yaitu (tukang ojek
konvensional). Argumen utama Gorz adalah bahwa dalam konteks otomatisasi dan
ekonomi pascaindustri, teknologi baru telah mengubah pola pekerjaan dalam
masyarakat, menggeser sebagian besar penduduk dari kerja manual kelas pekerja
dan identitas kelas yang terkait dengannya. Disini ojek online telah menggeser
keeksistensian ojek pangkalan (konvensional), oleh karena itu terjadilah
gesekan diantara sesama tukang ojek ini. Dengan nada yang sama dengan Gorz,
Touranine (1971) menempatkan kendali informasi dan pengetahuan pada pusat
konfilik sosial baru. Walhasil, yang menjadi kelas dominan adalah kelompok yang
mampu mengakses dan mengontrol infromasi. Dari pandangan tersebut sudah semakin
jelas bahwa kehadiran ojek online sudah menjadi ‘ancaman’ bagi para ojek
pangkalan (konvensional). Karena dengan berbagai keterbatasan teknologi dan
informasi ojek pangkalan telah kalah bersaing dengan ojek online. Ojek online
selaku kelas dominan yang sekarang sudah mampu mengakses dan mengontrol
informasi tersebut.
Gojek merupakan ojek online pertama di Indonesia, yang
mempelopori dari berbagai macam ojek online lainnya. Disamping keeksistensian
gojek munculah para pesaing yang memanfaatkan keeksistensian gojek, seperti
grab dan uber hal ini merupakan sesuatu yang lumrah didalam dunia bisnis. Para
penyedia jasa transportasi ojek online ini bersaing didalam memanjakan
konsumennya, mulai dari fasilitas seperti helm, jaket, diskon tarif, sampai
dengan jasa pembelian dan pengiriman barang. Hal itu dirancang sedemikian rupa
untuk menarik para konsumen agar memakai jasa ojek online.
Hadirnya ojek online sedikitnya telah membantu pemerintah
dalam hal penyedia lapangan pekerjaan. Tidak hanya dari kalangan kelas biasa
yang melamar ingin menjadi karyawan dan pengemudi ojek online banyak dari
kalangan kelas sarjana yang berlomba agar mendapatkan tempat sebagai karyawan
ojek online . Hal ini merupakan sesuatu yang menarik diamana disaat susahnya
mencari pekerjaan ojek online hadir dan menyerap banyak tenaga kerja.
Menurut Bell, struktur kelas baru sangat terkait dengan semakin pentingnya
pengetahuan dan keterampilan teknis pada masyarakat pascaindustri. Jadi, ‘kelas
utama dalam masyarakat baru yang tengah muncul adalah kelas profesional yang
didasarkan pada pengetahuan ketimbang kekayaan’ (Bell, 1973).
Namun, disamping ke eksistensiannya, ojek online juga sampai
saat ini belum memiliki status legal sebagai kendaraan umum yang beroperasi
sebagai angkutan penumpang. Berdasarkan UU Nomor 22/2009 tentang Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan menjelaskan bahwa sepeda motor sejatinya bukan sarana
angkutan penumpang. Hal ini jelas telah melanggar aturan berlalu lintas. Perlu
adanya ketanggapan pemerintah melalui kepolisian dan dinas perhubungan dalam
hal ini. Jangan sampai ada sesuatu yang ilegal beroperasi sebagai angkutan umum
apalagi milik swasta yang sudah jelas tidak dikenai pajak beroperasi sbg
angkutan umum, dan hal ini akan merugikan negara. Dan akhirnya semua kembali
kepada setiap orang didalam memilah dan memilih kendaraan transportasinya.
Memang di zaman pos-tmodern ini alat transportasi dengan menggunakan teknologi
informasi akan mendominasi daripada yang masih konvensional, dikarenakan
keterbatasannya. Namun, kita juga harus bijak didalam menganggapi dan
menggunakan berbagai macam jasa taransportasi ini. Sekiranya, kita masih bisa
menggunakan alat transportasi umum yang disediakan pemerintah kenapa tidak.
Setidaknya kita sudah mendukung kebijakan pemerintah dan ikut serta untuk tidak
menciptakan kemacetan. Dan untuk permasalahan antar tukang ojek konvensional
dan ojek online ini harus diseslesaikan secepatnya jangan sampai ada gesekan
terus menerus yang pada akhirnya akan mencitpakan keadaan yang tidak kondusif.
Oleh: Fathul Luthfi (Mahasiswa
Program Studi Transportasi 2016)
0 komentar:
Posting Komentar