Setelah dalam beberapa dekade dengan investasi yang minim di bidang angkutan umum, banyak pemerintah pusat maupun daerah saat ini mengembalikan fokus strategi pembangunan mereka kepada kebijakan peningkatan transportasi publik untuk menanggulangi dampak kesehatan, sosial, dan ekonomi dari kemacetan lalu lintas kendaraan bermotor di kota-kota mereka.
Hal ini dipandang sebagai trend yang sangat positif, di mana strategi ini bergerak menjauhi pola pembangunan perkotaan yang mengadopsi trend di akhir abad ke-20, yaitu pembangunan infrastruktur transportasi yang berorientasi kepada kendaraan bermotor seperti pembangunan jalan-jalan yang lebar, pemisahan bangunan dan blok-blok satu dan lainnya, serta rancangan peruntukan dominasi penggunaan jalan bagi kendaraan pribadi. Kotakota yang berinvestasi pada angkutan umum, seperti Meksiko, Guangzhou, dan Rio de Janeiro, terus berupaya untuk mendapatkan penggunaan ruang kota yang paling efektif dan efisien, yaitu dengan cara membangunan pemukiman, perkantoran, dan layanan lainnya yang berdekatan dengan infrastruktur angkutan umum.
TOD “(Transit-oriented development)” atau “pembangunan berorientasi transit, yaitu pola pembangunan yang memaksimalkan manfaat dari sistem angkutan umum, juga secara tegas mengembalikan fokus pembangunan kepada penggunanya, yaitu manusia. TOD menyiratkan proses perencanaan dan perancangan berkualitas tinggi dari pola tata ruang dan wilayah untuk mendukung, memfasilitasi, dan memprioritaskan tidak hanya penggunaan angkutan umum, tapi juga moda transportasi yang paling mendasar yaitu berjalan kaki dan bersepeda.
Berdasarkan studi terhadap pola masyarakat dan transportasi berkelanjutan yang dilakukan selama pengembangan program transportasi perkotaan dan our cities ourselves, terdapat delapan prinsip utama dalam pengembangan TOD. Adapun ke-delapan prinsip utama trasportasi perkotaan yang digagas oleh ITDP, antara lain:
  • Berjalan kaki (walk), Membangun lingkungan yang ramah terhadap pejalan kaki. 
  • Bersepeda (cycle), Memberikan prioritas kepada jaringan transportasi non-kendaraan bermotor.
  • Menghubungkan (connect), Menciptakan jaringan jalan dan jalur pejalan kaki yang padat.
  • Angkutan umum (transit), Memfokuskan pembangunan di dekat jaringan angkutan umum massal yang berkualitas
  • Pembauran (mix), Merancang pembangunan kota dengan tata guna lahan yang beragam.
  • Memadatkan (densify), Mengoptimalkan kepadatan lahan dan   kapasitas angkutan umum.
  • Merapatkan (compact), Membangun wilayah  dengan jarak kebutuhan perjalanan yang pendek.
  • Beralih (shift),  Berpaling dari mobilitas kendaraan pribadi dengan penataan parkir dan kebijakan penggunaan jalan.
Dengan demikian, ke-delapan prinsip utama ini mencerminkan pergeseran mendasar, dari paradigma urbanisme lama yang tidak berkelanjutan dan berorientasi pada kendaraan bermotor berubah menjadi paradigma baru dengan rancangan bangunan perkotaan dan penggunaan lahan yang terintegrasi secara erat, efisien, berdampak rendah, dan mendukung moda-moda perjalanan yang berorientasi pada manusia: berjalan kaki, bersepeda, dan angkutan umum. Penerapan dari keseluruhan prinsip-prinsip inilah yang akan mewujudkan aspek-aspek positif dari paradigma baru.

[1] Despacio, TOD Standard v2.1 (ITDP, 2014), Halaman 4-12
Oleh: Tegar Abdi Putro (Mahasiswa Program Studi Transportasi 2016)


0 komentar:

Posting Komentar